SENJA,HUJAN DAN SAHABAT
Aku
suka setelah hujan reda. Bau tanah yang membasah, butir-butir air bulat
membentuk pola di dedaunan. Setelah hujan yang menumbuhkan. Hujan itu
menyegarkan, bagiku. Bagaimana tidak?, butirnya turun deras dari langit. Tanpa
peduli siang,malam bahkan tanpa peduli sesibuk apa mahluk bumi saat itu. Yang
ia tahu, ia tetap akan turun. Tak peduli disuka atau dicaci. Hujan selalu
menyenangkan bagiku. Suaranya saat turun terdengar nyaring berpadu dengan atap
rumah. Meskipun saat hujan turun membuatku terkurung dalam rumah, bahkan
terjebak di jalan menuju pulang.
Ya,
ini cerita tentang hujan. Hujan bagiku adalah teman. Turunnya selalu kunanti.
Apalagi ketika malam. Ia turun seperti menina bobokan aku dalam buai mimpi. Tak
hanya itu. Hujan adalah teman dalam segala keadaan. Apalagi saat ia turun di
senja hari, ini paling indah. Berpadu dengan semburat kuning cahaya senja. Aku menikmatinya.
Di tepian dermaga sungai. Tak peduli bajuku basah. Aku menikmatinya. Sambil
memandang kapal dan perahu nelayan hilir mudik meramaikan poros lalulintas
sungai.
Hujan
pula mengingatkan aku pada masa kecil. Beberapa tahun lalu. Aku berdiri di
dermaga ini tak seorang diri. Masih sangat jelas diingatkan suara dan canda
mereka saat menikmati senja berpadu hujan. Membentuk formasi lingkaran
bergandengan tangan. Meloncat berirama dengan gelak tawa. Ya, mereka sahabat
kecilku. Kami tumbuh bersama di desa kecil ini. bagi kami, saat yang
membahagiakan adalah saat hujan dan senja.
Pada
senja yang lain, kami bergelak tawa berlari-lari kecil di pematang sawah,
membawa kincir angin yang berputar kala tertiup angin atau diajak berlari. Dengan
pemandangan padi menghijau seluas mata memandang. Saat itu semua begitu indah
tanpa beban. Hari-hari yang dilalui adalah mengukir tawa dan bermain sepanjang
hari.
Namun
senja pula yang mengubah keadaan. Senja membuat kami tumbuh dan menanti hari
esok. Senja dengan mimpi-mimpi. Membawa kami satu persatu menjemput harapan
baru. Di senja itu pula yang pada akhirnya membuat kami sejenak berpisah. Pada
senja kami menggantungkan harapan, semoga hari esok harapan itu terwujud. Senja
detik itu sedikit berbeda. Ia datang bersama hujan lain. Hujan air mata salam
perpisahan untuk menjemput mimpi.
Entah
berapa tahun senja berlalu. Purnama terhitung menjadi tahun. Senja yang
kurindukan datang lagi. kali ini senja datang dengan rona kebahagiaan. Aku
berdiri menikmati senja di dermaga ini. kayu-kayu dermaga terlihat tua dengan
lumut hijau disana sini. Pada sisi lain dermaga sudah dibuat permanen. Aroma
senja ini sama seperti beberapa tahun lalu. Ya, senja setelah hujan reda. Senja
yang menumbuhkan kebahagiaan. Aku bertemu mereka kembali di senja ini.
sahabat-sahabat kecilku dulu. Setelah lama dipisahkan keadaan kami bertemu
lagi.
Kami
berkumpul di dermaga sambil menikmati senja. Studiku sudah selesai, dan
kuputuskan untuk mengabdi di kampung. Sore ini aku dan teman-teman membahas
tentang kontribusi remaja dalam pembangunan desa. Apa yang bisa kami lakukan
untuk desa kami?. Akhirnya tercetuslah ide untuk membuat Komunitas Remaja Desa.
Pada
senja setelah hujan reda kami membuat janji baru. Untuk menikmati moment ini
setahun sekali. Saat Idul Fitri yang membawa kami pulang dari perantauan. Senja
setelah hujan reda dengan cerita-cerita yang kami bawa dari perantauan. Senja
yang membuat kami berpikir bagaimana membuat desa kecil ini lebih maju dengan
kreativitas pemudanya.
Sampai
jumpa di senja setelah hujan reda yang lain sahabat. Aku selalu menanti senja
yang membawa kita pulang..
Ditulis
dalam gerimis| 26 April 2017
Komentar
Posting Komentar